Jombang, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik – Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara perlu dirumuskan kembali agar programnya sesuai dengan konteks kekinian. Oleh karena itu, Optimalisasi Peran Sosial Budaya Guna Mengembangkan Wawasan Kebangsaan dinilai relevan dan tepat.
Demikian pernyataan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Jombang, Farid Al Farisi dalam Optimalisasi Peran Sosial Budaya Guna Mengembangkan Wawasan Kebangsaan di Pendopo Kecamatan Kudu, Senin (30/01/2023).
“Program Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara perlu kita rumuskan kembali agar programnya sesuai dengan konteks kekinian dan tidak terkesan militeristik. Oleh karena itu, momentum Optimalisasi Peran Sosial Budaya Guna Mengembangkan Wawasan Kebangsaan sangat tepat dan relevan, terutama di tengah upaya segenap komponen bangsa dalam membangun bangsa yang berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam bidang budaya dalam identitas Kebhinekaan Indonesia,” kata Gus Farid.
Menurut Farid, saat ini ancaman bangsa Indonesia sudah berubah, dari ancaman terhadap teritori atau geografis menjadi ancaman yang tidak terlihat atau multidimensi. Dikatakan, dari beberapa ancaman bangsa seperti terorisme, radikalisme, narkoba, separatisme, pornografi, kegiatan illegal, serangan siber, dan sebagainya, hampir semuanya bertujuan untuk pelemahan Modal Manusia.
“Saat ini Modal Manusia kita dilemahkan oleh berita-berita hoax dan adu domba, perilaku intoleransi dan fundamentalisme. Tujuannya tidak lain agar bangsa ini selalu curiga, pesimistis, koruptif dan seterusnya, sehingga bangsa kita menjadi lemah dan mudah untuk dikuasai,” kata Gus Farid.
Dengan demikian, tidak heran jika isu-isu degradasi wawasan kebangsaan yang saat ini sedang ramai dibicarakan, merupakan hasil dari serangan-serangan yang bertujuan untuk pelemahan-pelemahan human capital bangsa Indonesia.
“Jadi tidak heran juga pelemahan human capital ini berdampak kepada munculnya berbagai tantangan bangsa seperti pemahaman dan penghayatan terhadap Empat Konsensus Dasar Negara masih rendah, rasa memiliki terhadap Bangsa dan Negara masih lemah, sebagian generasi muda cenderung terpengaruh gaya hidup hedonisme, individualistik, dan materialisme, serta pembelaan negara belum optimal, ” kata Gus Farid.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus menciptakan suasana serba bela negara. Khusus program wawasan kebangsaan dan bela negara untuk mahasiswa, pemerintah berharap dalam waktu dekat sudah tersedia program wawasan kebangsaan dan bela negara yang terintegrasi dengan program-program soft dan life skills yang telah dilakukan saat ini.
Sementara itu, Direktur Pusat Studi Pancasila, Agama dan Trisula (Puspat) Dr. MUHAMMAD MUBAROK, S.Ip. M.Ip menyampaikan apresiasi yang sangat tinggi atas kesempatannya untuk bisa berpartisipasi melakukan kegiatan yang sangat penting ini. Karena menurutnya, pelatihan literasi media sosial ini sebagai upaya bangsa untuk melawan bahaya yang mengancam eksistensi bangsa yaitu melawan hoax.
“Pusat Studi Pancasila, Agama dan Trisula (Puspat) adalah lembaga yang saya bikin yang concern terhadap kajian strategis, baik skala nasional maupun lokal dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat dan partisipasi dalam pembangunan termasuk upaya pengembangan sumber daya manusia, khususnya generasi muda. Dan hari ini Puspat mampu mengakses peluang menjadi bagian penting dalam memerangi hoax,” katanya.
Ia mengibaratkan bahwa kemajuan teknologi saat ini seperti aliran darah yang akan cepat tersebar. Namun, hadir hoax yang merupakan virus dan dapat merusak tubuh.
“Ini yang dirasakan saat ini karena kepolisian dibuat repot. Lebih menggelisahkan lagi fenomena hoax ini jadi racun luar biasa bagi generasi milenial,” kata Mubarok.
Mubarok mengatakan, ada dua cara melawan hoax yaitu masuk dalam upaya rekayasa alat, instrumen, dan media. Tapi juga harus melakukan rekayasa-rekayasa konten, isi, dan pesan-pesannya.
“Ini jadi bagian besar strategi melawan hoax untuk mengatasi ekses negatif dari kemajuan teknologi,” kata Mubarok.
Kepala Kesbangpol Kabupaten Jombang, Drs. Anwar, MKP berharap dengan adanya sosialisasi ini para generasi muda di Sumedang bisa memahami ancaman yang dapat memecah belah persatuan melalui bela negara.
“Literasi media ini merupakan kemampuan untuk mengakses, menganalisis dan komunikasi informasi melalui media sosial. Ini dipandang relevan dengan konteks kekinian karena penyebarannya sangat mudah. Melalui sosialisasi ini diharapkan agar warga Kecamatan Kudu bisa paham dan dapat memberikan proses penyadaran kepada masyarakat sehingga berdampak pada kondisi yang kondusif, aman dan nyaman,” kata Anwar.
Sosialisasi ini diikuti oleh kurang lebih 150 peserta yang berasal dari warga Kecamatan Kudu. (Agus / Adv )